Saya sempat sedikit ragu memosting cerita ini, karena menurut saya ini cerita yang terbilang ‘basi’. Tapi tak mengapa, saya tekan tombol ‘Publish‘ sambil benamkan muka ke tumpukan setrikaan ^_______^
Desember kemarin, seperti cerita saya di beberapa postingan sebelumnya, merupakan Natal yang tak seperti biasanya, karena tak ada pohon natal yang menghiasi rumah kami. Tapi bersyukurnya, walaupun tanpa pohon natal, kami punya sesuatu yang khas tersedia setiap natal di Indonesia; kue natal.
Kue-kue tersebut bukan bikinan saya tentu saja. Karena jika ini adalah made in sendiri, tak mungkin dengan bangga saya pamerkan di blog ini hehe… Dengan penuh belas kasihan, tampaknya, keluarga di Indonesia mengirimkan kue natal untuk kami nikmati disini. Mama mengirimkan kue natal kesukaan saya, dan mamih mertua mengirimkan kue natal kesukaan suami saya. Padu rasa antara kelezatan kue dan memori kampung halaman, membuat kue-kue ini menjadi barang berharga di dalam rumah, yang dinikmati perlahan-lahan segigit demi segigit dengan penuh perasaan sambil sesekali menghela nafas dalam-dalam …. Aahhhh….nikmatnyaaa…… :D
Oya, sebagaimana besarnya cinta keluarga terhadap kami, begitulah banyaknya kue yang mereka kirim kesini. Saking banyaknya sampai sekarang kue-kue tersebut masih belum habis juga (padahal sudah kami bagikan juga ke jemaat di gereja hehehe).
****
Yang mau saya bagi ceritanya kali ini adalah tentang kue kiriman mama yang namanya Kue Kerawang.
Saya bisa bayangkan kerepotan yang dialami mama dan papa ketika menyiapkan kue ini. Mengapa?? Karena kue ini tak dijual dimana saja, tapi hanya terdapat di kota Gorontalo, dari mana kue ini berasal. Itupun dijual hanya di saat Natal atau Lebaran. Waktu itu sekitar bulan Oktober jika saya tak salah ingat, ketika mama dan papa mulai rempong mencari info kemana harus memesan kue ini. Saya merasa bersalah melemparkan celetukan asal bahwa saya mengangeni kue ini… :(
Kue ini unik, karena dihiasi dengan lukisan bunga seperti yang ada pada kain Kerawang, kain khas daerah Gorontalo. Dengan isi setoples mungkin sekitar 100 biji kue (bukan angka pasti!), bayangkanlah hiasan bunga di masing-masing kue tersebut ‘dilukis’ dengan tangan. Kata suami, pengerjaannya pasti makan waktu. Kata saya, ini pekerjaan yang butuh ketelitian. Kata teman, ini kue yang berseni. ^____^
Buat pecinta art culinary (maaf saya tak tahu persis istilahnya), menggambar pada sepotong cookie adalah sesuatu yang sangat biasa. Tapi tidak buat awam seperti saya. Saya menganggap ini sebuah ‘maha karya’. Dan saya yakin saya tidak sendirian di belakang pendapat ini ;)
Satu hal yang masih membuat saya bingung, setoples dijual hanya sekitar 150 ribu rupiah. Dihargai berapa rupiah kira-kira jasa pelukis kue itu…??? Saya masih sedih membayangkan bahwa bangsa kita, yang penduduknya sangat kaya raya *minimal terlihat dari gaya hidup sehari-hari*, masih belum bisa memberi penghargaan yang sepadan terhadap jasa yang diberikan orang, khususnya pemberi jasa di sektor usaha kelas menengah ke bawah…. *Ini hanya sebuah pendapat pribadi. Yang tak setuju jangan marah hehe…*
Jika ada yang penasaran, mungkin ingin memesan untuk Lebaran yang akan datang (atau Natal), silahkan kunjungi kota Gorontalo ^______^
Sambil mengunyah kue Kerawang,
Sumber : http://debagpacker.com/2015/02/05/kue-kerawang-khas-gorontalo/comment-page-1/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar